Saya adalah seorang blogger
seperti Rani Noona. Namun perbedaannya adalah saya kurang bisa berkomunikasi
yang baik di depan umum. Demam panggung istilahnya kalau dibilang oleh
teman-teman yang lain. Saya lebih suka bersembunyi di balik kata saya lebih
pintar mengurai kata-kata lewat tulisan, jadi saya nggak perlu pintar bicara di
depan.
Yes, setiap orang tentu memiliki
nilai plus dan minusnya. Karena tentu saja tak ada manusia yang terlahir
sempurna bukan? Disitu saya sering menulis jurnal syukur setiap harinya
apabila saya kadang agak merasa sedang kurang bersyukur.
Namun saya tahu, saya tidak
mungkin berlama-lama pada zona nyaman dan mengatakan 1001 alasan yang sama
setiap kali ada event untuk tampil di depan bukan?
Belajar dari rekan Blogger
yang pintar cas cis cus.
Menjadi seorang blogger membuat
saya berfikir ulang, bahwa skill komunikasi memang sangat penting adanya. Entah
berapa banyak rekan blogger yang kini menjadi pembicara. Baik sebagai moderator,
mc, maupun sebagai penyampai materi dalam sebuah webinar.
Percayalah saya juga sangat iri
memiliki kemampuan tersebut karena awalnya itu adalah seorang pemalu yang
kadang juga malu-maluin. Namun seiring waktu saya belajar terus belajar, kini
sudah sangat lebih baik daripada dulu. Pegang mic saja gemetar, nervous, blank
mau ngomong apa di depan.
Padahal penyebab utamanya
termasuk hal yang sangat simple. Saya adalah orang yang jarang bersosialisasi.
Setiap hari saya terus menerus berada di dalam rumah. Terlebih saya sendirian
di dalam rumah apabila suami berangkat kerja. Jadinya saya benar-benar menjadi
sosok autis dan penyendiri.
Bisa karena Terpaksa
Dalam hal meningkatkan skill
kemampuan ini tentu saja praktek menempati posisi yang terpenting dan utama.
Saya juga tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada dong. Meski sebelumnya awalnya sempat merasa
terpaksa. Saya yang biasanya hanya duduk di pojokan sembari menikmati berbagai
kue-kue yang menggoda selera tetiba dipaksa untuk berganti tempat duduk di
depan.
Jadi ceritanya adalah satu teman
yang biasa bertugas menjadi pembawa acaranya
berhalangan hadir sementara saya yang paling muda disana mau nggak mau yang
kebagian tugas menggantikannya. Namun ini amazing ternyata saya baik-baik saja.
Yang awalnya gemetaran ternyata nggak semenakutkan itu. Jadi kini apabila
datang suatu kesempatan seperti di kajian mingguan ibu-ibu di dasawisma sudah
pasti saya membuang jauh-jauh rasa malu itu. Apalagi rata-rata angggotanya toh saling
mengenal, salah-salah sedikit its okey.
Rajin Membuat Konten di Sosmed
Salah satu keuntungan sebagai
seorang content creator adalah terbiasa berbicara di depan camera. Meski awalnya
itu juga sama susahnya. Percayalah bagi orang baru saja nyemplung dalam dunia
ini membuat konten bukanlah hal yang mudah. Dalam beberapa menit entah berapa
puluh kali take, apalagi kalau sudah berhubungan dengan job yang memang harus lengkap
setiap kata yang diucapkan.
Tapi seiring dengan waktu semua akan
menjadi mudah. Jam terbang kian tinggi maka kemampuan komunikasi kita akan
terasa banget perbedaannya. Bagaimana ketika kita harus membuat video yang
real. Bagaimana caranya kita membuat video untuk menjelaskan bagaimana cara
kerjanya suatu produk. Oleh sebab itulah
kita harus benar-benar melatih kemampuan komunikasi kita.
Semakin kesini semakin kita sadar
bahwa kemampuan komunikasi memang harus terus diasah agar kita bisa menaiki
step demi step tangga dalam hidup kita.