Menjadi seorang blogger sebenarnya
bukan sesuatu yang baru bagi diriku. Begitu juga sahabat terbaikku kak Fiona
yang merupakan seorang Blogger Lamongan yang sudah lama malang melintang di dunia
ini. Well menjadi seorang blogger memang terkadang identik dengan sebutan
daerah. Seperti aku yang suka membranding diriku seorang Blogger Balikpapan.
Kenapa? Percayalah ini
berhubungan dengan Cuan.
Yes Cuan. Jadi menurutku merupakan suatu hal yang benar ketika membranding dirimu seorang blogger daerah. Ada kalanya sebuah brand membutuhkan promosi produknya, sementara yang dibidik adalah daerah tersebut.
Jadi akan mudah ketika brand search misalnya “Blogger Balikpapan” ataupun “Travel
Blogger Balikpapan” yang keluar adalah nama blog kita.
Sudah pasti tawaran kerja sama
akan lebih dulu menghampiri email kita. Apalagi kalau blog kita lengkap banget
dengan segala macam sosmed yang mendukung. Sudah pasti kita menjadi orang nomer
satu yang duluan mendapatkan kesempatan. Gimana? Masih enggan membranding diri
kita menjadi seorang Blogger daerah?
Blogger, apa sih itu?
Bicara dunia blogging memang
menyenangkan ya, apalagi kalau dengan orang yang satu circle. Nggak akan habis
topik yang dibahas. Mulai dari champaign, blogger terbaik, pic terkeren, komunitas
yang saling mengayomi hingga masalah SEO. Dan semuanya itu mengalir begitu saja
ketika bertemu dengan sesama blogger.
Namun apa jadinya kalau bertemu
dengan emak-emak kuno. Percayalah bahkan sahabat baikmu, teman pengajianmu,
bahkan saudara terdekatmu masih akan mengerenyitkan dahinya saat kamu bilang
kamu adalah seorang blogger.
Jadi mau bagaimana ya, kehidupan
blogger dan emak-emak itu kadang seperti berada di dunia yang berbeda sih. okey,
mereka paham sosmed. Tapi fungsi sosmed mereka hanya untuk sekedar menyimpan
foto, update status meski sebagian sudah mulai paham untuk tidak mengeluh,
curhat masalah pribadi. Namun keseharian mereka lebih banyak ke dunia real.
Sementara bagi blogger waktu
adalah sangat berharga, ketimbang ngerumpi di pojokan tukang sayur akan lebih
produktif jika menuliskannya di draft word. Suatu saat bisa dipoles menjadi
sebuah konten.
Blogger vs Youtuber
Tak ada yang salah jika orang
lain mungkin agak memandang sebelah mata profesi blogger.
Bahkan teman-teman aku yang
mengaku seorang youtuber, content creator, selebgram, influencer serta
tiktokers yang sudah mendapatkan uang jutaan dari penghasilan di internetpun
masih awam dengan dunia blogger.
Serius loe jadi blogger? Hari gini?
Apa nggak lebih baik kamu cepat-cepat membuat sebuah channel agar cepat di
monetasi daripada menulis nggak jelas begitu. Dan aku langsung menoleh. Sumpeh yang
bilang begini adalah seorang youtubers dengan subscriber di bawah aku.
Trus aku langsung jawab, aku
nggak buang-buang waktu dengan menulis yang tidak jelas kog. Aku juga punya
channel meski kontennya tidak banyak, namun sesekali waktu aku mengisinya. Soalnya
pekerjaanku sebagai seorang blogger juga beragam. Mulai foto produk, mereview,
membuat video pendek, reels, tiktok. Follower instagramku juga diatas 25k. Gini-gini
sudah termasuk content creator juga kan? Jawabku rada esmosi aslinya hehehe.
Justru aku bersyukur banget dengan menjadi seorang blogger aku mendapatkan kesempatan bergerak lebih cepat ketimbang jika aku memulai karir menjadi seorang content creator yang murni hanya dari sosmed saja.
Please, aku cukup tahu diri kalau kecantikanku di bawah
rata-rata. Sementara dari blog aku mendapatkan kesempatan mereview produk dalam
bentuk tulisan, sehingga setelah itu aku masih bisa mereviewnya di channel
youtube dan sosmedku yang lain